Jumat, 24 Februari 2012

sosiologi olahraga dan agama


Olahraga dan Agama

BAB I

A.    Latar belakang masalah

Dalam realita kehidupan sehari-hari banyak para atlet yang masih kurang peduli akan pegangan kehidupannya, mereka mengesampingkan ketaatannya pada allah swt dan lebih mementingkan porsi latihan yang diberikan oleh pelatih. Porsi latihan yang lama dan waktunya yang berbarengan dengan waktu ibadah, itu semua merupakan masalah yang harus segera  dicari jalan kelaurnya.
Ditinjau dari penampilan para atlet sekarang ini sungguh mencengangkan. Lihatlah dalam setiap  even olahraga terutama wwanita, kebanyakan dari mereka memakai pakaian yang seperti tidak layak pakai.
            Agama merupakan pegangan hidup manusia untuk menjadi manusia yang sejahtera. Banyak sekali atlet yang mempercayai agama sebagai keyakinan yang membantunya dalam pertandingan. Tapi ketika atlet tersebut mengalami kekalahan tentu ia merasa kesal dan didalam hatinya pasti banyak yang mengeluh pada tuhan mereka dan menganggap tuhan itu tidak adil terhadapnya.


B.     Tujuan dan Manfaat
1.        Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk membuka wawasan bagi para pembaca agar lebh mengenal hubungan antara olahraga dan agama.
2.         Manfaat
Dengan dibuatnya karya tulis ini diharapkan pembaca bisa lebih giat dalam beribadah dan berolahraga. Juga menambah wawwasan tentang definisi olahraga dan pengertian agama yang itu semua merupakan bagian yang banyak dikesampingkan orang.



BAB III

Kesimpulan dan saran

A.    Kesimpulan

Olahraga adalah aktivitas yang memiliki akar eksistensi ontologism sangat alami, yang dapat diamati sejak bayi dalam kandungan sampai dengan bentuk-bentuk gerakan terlatih. Olahraga kommpetitif adalah olahraga yang didalamnya dituntut untuk usaha keras dan kondisi prima sehingga yang layak menyandang the winner adalah orang “paling” (the best of all).
Olahraga bersifat kompetitif apabila memiliki unsure-unsur sebagai berikut :
·         Adanya aturan baku yang mengatur aktifitas (olahraga)
·         Kewenangan badan tertentu yang secara resmi mengatur suatu aturan
·         Pentingnya aspek teknis dan keteraturan pengelolaan aktifitas
·         Melembagakan aktifitas pembelajaran.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
B.     Saran
Jika ada sesuatu yang tidak pas dengan keyakinan anda silakan anda cari kebenarannya dan kritiklah karya tulis ini dengan kritik yang membangun, karena masih banyak kesalahan-kesalahan yang tidak bisa terkoreksi karena keterbatasan informasi yang didapat penulis.

 
BAB II
Olahraga
A.    Akar Eksistensi Olahraga
Olahraga, sebagaimana yang dikatakan Richard Scaht (1998: 124), seperti halnya sex, terlalu penting untuk dikacaukan dengan tema lain. Ini tidak hanya tentang latihan demi kesehatan. Tidak hanya permainan untuk hiburan, atau menghabiskan waktu luang, atau untuk kombinasi dari maksud sosial dan rekreasional. Olahraga adalah aktivitas yang memiliki akar eksistensi ontologism sangat alami, yang dapat diamati sejak bayi dalam kandungan sampai dengan bentuk-bentuk gerakan terlatih.
Olahraga juga adalah permainan, senada dengan eksistensi manusiawi sebagai makhluk bermain (homo ludens-nya Huizinga). Olahraga adalah tontonan, yang memiliki akar sejarah yang panjang, sejak jaman Yunani Kuno dengan arete, agon, pentathlon sampai dengan Olympic Games di masa modern, di mana dalam sejarahnya, perang dan damai selalu mengawal peristiwa keolahragaan itu. Olahraga adalah fenomena multidimensi, seperti halnya manusia itu sendiri.
Mitos dan agama Yunani awal menampilkan suatu pandangan dunia yang membantu perkembangan kesalinghubungan intrinsik antara makna olahraga dan budaya dasar. Keduanya juga merefleksikan kondisi terbatas dari eksistensi keduniaan, dan bukan sebagai kerajaan transenden dari pembebasan. Nuansa keduniawian tampak pula pada ekspresi naratif tentang kehidupan, rentang luas pengalaman manusiawi, situasionalnya dan suka dukanya. Manifestasi kesakralan terwujud dalam prestasi dan kekuasaan duniawi, kecantikan visual dan campuran dari daya persaingan mempengaruhi situasi kemanusiaan (Hatab, 1998: 98).
Budaya Yunani Kuno juga sepenuhnya bersifat agon, persaingan. Puisipuisi Homer dan Hesiod menampilkan diri sebagai konflik di antara daya-daya persaingan. Wajah realitas Yunani Kuno juga mewujud dalam daya-daya persaingan ini: atletik, keindahan fisik, kerajinan tangan, seni-seni visual, nyanyian, tarian, drama dan retorika (Crowell, 1998: 7). Signifikansi agon dapat lebih dipahami dari pandangan tentang ideal kepahlawanan. Dalam Iliad-nya Homer, keberadaan manusia secara esensial adalah mortal dan terarah pada takdir negatif melampaui kendali manusia. Kematian dapat mencapai kompensasi istimewa: keduniawian, kejayaan dan kemasyhuran melalui pengambilan resiko dan pengkonfrontasian kematian pada medan perang, melalui pengujian keberanian manusia melawan satria lain dan kekuatan nasib. Hal terpenting di sini adalah bahwa makna keutamaan terhubung dengan batas-batas dan resiko. Dapat digeneralisir – dalam Iliad itu – bahwa tanpa kemungkinan untuk kalah atau gagal, kemenangan atau keberhasilan tak akan berarti apa-apa (Hatab, 1998: 98).
Atletik (olahraga, dalam tulisan ini kadang-kadang disebut dengan atletik untuk kepentingan penyesuaian konteks) berperan penting dalam dunia Yunani Kuno. Kata atletik berarti konflik atau perjuangan, dan dapat secara langsung diasosiasikan dengan persaingan, di mana kompetisi di tengah-tengah kondisi keterbatasan mambangkitkan makna dan keutamaan. Apa yang membedakan kontes atletik dari hal-hal lain dalam budaya Yunani adalah bahwa atletik menampilkan dan mengkonsentrasikan elemen-elemen duiniawi dalam penampilan fisik dan keahlian, keindahan tubuh, dan hal-hal khusus dari tontonan dramatis (Hatab, 1998: 99).
Kontes atletik, seperti yang tampak dalam Iliad, menunjukkan penghargaan yang tinggi masyarakat Yunani terhadap olahraga yang terrepresentasikan sebagai semacam ritual agama dan terorganisir dalam mana kompetisi-kompetisi fisik ditampilkan sebagai analog mimetic (secara menghibur) dari penjelasan agama – baik tentang nasib dan kepahlawanan – dan sebagai penjelmaan rinci signifikansi kultural agon. Sekarang, signifikansi olahraga menurun di dunia Yunani, justru dengan datangnya statemen-statemen filsafat sebagai kompetitor kultural. Nilai penting dari tubuh dan aksi secara bertahap dikalahkan oleh tekanan pada pikiran dan
refleksi intelektual. Ketertarikan terhadap transendensi spiritual dan tertib alam menggeser pengaruh mitos-mitos dan religi seperti dijelaskan di atas. Meskipun Plato dan Aristoteles mengusung nilai penting latihan fisik dalam pendidikan, namun mereka memulai sebuah revolusi intelektual yang meremehkan nilai penting kultural keolahragaan – “remeh” justru karena keterkaitan erat olahraga dengan tubuh, aksi, perjuangan, kompetisi dan prestasi kemenangan (Hatab, 1998: 99).
Pada umumnya olahraga dipahami orang sebagai terjemahan sport yang didalamnya terkandung pengertian kegiatan olahraga kompetitif yang mengutamakan pencapaian tujuan dan rekor seperti yang dilaksanakan dilingkungan organnisasi induk olahraga atlet elit. Olahraga kommpetitif adalah olahraga yang didalamnya dituntut untuk usaha keras dan kondisi prima sehingga yang layak menyandang the winner adalah orang “paling” (the best of all).
Selanjutnya olahraga diartikan sebagai aktivitas fisik. Di Indonesia terdapat definisi olahraga yang diangkat melalui pertimbangan dan pemikiran yaitu : 1. Olahraga pendidikan; 2. Olahraga rekreasi; 3. Olahraga kesehatan; 4. Olahraga kompetitif (prestasi).
Aktifitas fisik dapat diklasiifikasikan sebagai olahraga kalau ia memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Partisipasi dalam aktifitas fisik dapat terwujud dalam dua rentang kondisi yaitu dari kondisi formal  sampai informal dan dari yang tidak tersetruktur sampai pada kondisi formal dan terorganisir.
Olahraga bersifat kompetitif apabila memiliki unsure-unsur sebagai berikut :
·         Adanya aturan baku yang mengatur aktifitas (olahraga)
·         Kewenangan badan tertentu yang secara resmi mengatur suatu aturan
·         Pentingnya aspek teknis dan keteraturan pengelolaan aktifitas
·         Melembagakan aktifitas pembelajaran.
Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori)
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang danditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Bugar adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan seharihari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.



















Agama
Apa itu agama? Mengartikan atau membuat definisi agama tidaklah mudah. Setiap orang berbeda pendapat dari satu dengan yang lainya. Kebanyakan mereka mendefinisikan agama sesuai pandanganya tentang kelebihan atau kekurangan agama yang dianutnya, atau dengan melihat bagian terpenting dari ajarannya. Imtaq.com akan mencoba mengulas definisi agama.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama merupakan  sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata agama. Namun akan sedikit sulit mendefenisikan pengertian agama itu sendiri. Hal tersebut diakui sendiri oleh Mukti Ali, salah seorang pakar ilmu perbandingan agama di Indonesia yang mengatakan; “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan defenisi selain dari kata agama.”
Menurut Mukti Ali, terdapat tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam menanggapi statemen tersebut. Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat dan yang  ketiga konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama.
Mohammad Natsir pernah mengatakan agama adalah hal yang disebut sebagai problem of ultimate concern, suatu problem kepentingan mutlak, yang berarti jika seseorang membicarakan soal agamanya maka ia tidak dapat tawar menawar. Namun begitu bukan berarti agama tidak dapat diberikan pengertian secara umum. Dalam memberikan defenisi tersebut, para ahli menempuh beberapa cara; Pertama dengan menggunakan analisis etimologis, yaitu menganalisis konsep bawaan dari kata agama atau kata lainnya yang digunakan dalam arti yang sama. Kedua, analisis deskriptif, menganalisis gejala atau fenomena kehidupan manusia secara nyata.
Berbicara mengenai agama maka terdapat tiga padanan kata yang semakna dengannya yaitu religi, al-din dan agama. Walaupun sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa ketiganya berbeda satu sama lainnya seperti pendapat Sidi Gazalba dan Zainal Arifin Abbas yang mengatakan al-din lebih luas pengertiannya daripada religi dan agama. Agama dan religi hanya berisi hubungan manusia dengan Tuhan saja sedangkan al-din berisi hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Sedangkan menurut Zainal Arifin Abbas, kata al-din (memakai awalan al-ta’rif) hanya ditujukan kepada Islam saja.
Sedangkan pendapat yang mengatakan ketiga kata diatas mempunyai makna sama seperti pendapat Endang Saifuddin Anshari dan Faisal Ismail. Perbedaan hanya terletak pada segi bahasanya saja. Kemudian secara etimologis agama berasal dari bahasa sanskerta, masuk dalam perbendaharaan bahasa Melayu (nusantara) dibawa oleh agama Hindu dan Budha. Pendapat yang lebih ilmiah, agama berarti jalan. Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh oleh manusia sepanjang hidupnya atau jalan yang menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup manusia, atau jalan yang menunjukkan darimana, bagaimana dan hendak kemana hidup manusia di dunia ini.
Religi berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau religion (bahasa Inggris), masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang Barat yang menjajah bangsa Indonesia. Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.
Din berasal dari bahasa Arab yang berarti undang-undang atau hukum yang harus ditunaikan oleh manusia dan mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan dan akan mendapat hukuman atau balasan jika ditinggalkan.
Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa agama (religi, din): (1) merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia  untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera; (2) bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati. (3) aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya.
Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.  Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.
Konsep din dalam Al-Qur’an diantaranya  terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3 yang mengungkapkan konsep aturan, hukum atau perundang-undangan hidup yang harus dilaksanakan oleh manusia. Islam sebagai agama namun tidak semua agama itu Islam. Surat Al-Kafirun ayat 1-6 mengungkapkan tentang konsep ibadah manusia dan kepada siapa ibadah itu diperuntukkan. Dalam surat As-Syura ayat 13 mengungkapkan din sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh Allah. Dalam surat As-Syura ayat 21 Din juga dikatakan sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh yang dianggap Tuhan atau yang dipertuhankan selain Allah. Karena din dalam ayat tersebut adalah sesuatu yang disyariatkan, maka konsep din berkaitan dengan konsep syariat. Konsep syariat pada dasarnya adalah “jalan” yaitu jalan hidup manusia yang ditetapkan oleh Allah. Pengertian ini berkembang menjadi aturan atau undang-undang yang mengatur jalan kehidupan sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan. Pada ayat lain, yakni di surat Ar-Rum ayat 30, konsep agama juga berkaitan dengan konsep fitrah, yaitu konsep yang berhubungan dengan penciptaan manusia.









Hubungan antara Agama dan Olahraga

Atheis

"Bagaimana mungkin saya kalah selagi Allah di pihak saya."
Muhammad Ali
Orang-orang atheis berpendapat bahwa kepercayaan bahwa agama bisa berperan menentukan hasil pertandingan, sebagai khayalan belaka.
Tetapi sangat mungkin mengesampingkan isu apakah Tuhan ada atau tidak dan amati saja dampak keyakinan pada Tuhan terhadap kinerja.
Inilah yang dilakukan Jeong-keu Park dari Universitas Seoul pada tahun 2000 dengan mempelajari kinerja para atlet Korea Selatan. Dia mendapati bahwa doa bukan hanya faktor penting dalam mengatasi rasa grogi tetapi juga dalam mencapai kinerja puncak.
Satu kutipan salah seorang peserta dalam penelitian Park memperkuat temuan itu: "Saya selalu menyiapkan pertandingan dengan doa. Saya menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan tanpa ragu. Doa membuat saya tenang dan lebih yakin dan saya melupakan ketakutan pada kekalahan. Hasilnya, permainan menjadi bagus."
Ini mirip dengan riset hebat tentang kekuatan keyakinan di dunia kesehatan.
Pada tahun 1960-an, serangkaian penelitian mendapati bahwa penyakit jantung lebih jarang dialami oleh masyarakat yang taat bergama. Penelitian berikutnya memperpanjang temuan ini, termasuk makalah tahun 1996 yang menemukan bahwa tingkat kematian di kalangan sekuler dua kali lebih tinggi dibanding kalangan yang taat beragama. Tampaknya, keyakinan agama bisa memberikan maanfaat kesehatan.
Pertanyaannya, bagaimana mungkin itu terjadi?
Kita bisa melihat jawabannya dalam salah satu misteri psikologi yang paling mengherankan; yaitu efek plasebo yang merupakan fenomena yang mengejutkan para dokter sejak Theodor Kocker yang melaksanakan 1.600 operasi tanpa bius di Bern, Swiss, pada tahun 1890-an.
Semua ini terkait dengan keyakinan pada keberadaan pertolongan Tuhan.
Hasil dari penelitian atlet Korea Selatan terulang berkali-kali, dan tidak hanya terjadi di satu-dua keyakinan agama.
Para atlet yakin Tuhan bisa membantu kinerja di lapangan olahraga.
Olah Raga tiada lain adalah sebuah permainan, walaupun demikian terbukti bahwa olah raga tak hanya dilihat dan dimengerti sebagai suatu permainan saja, akan tetapi juga dapat menjadi alat untuk menjalin hubungan bagi kemanusiaan dan persahabatan bagi masyarakat dunia, bahkan lebih jauh telah berkembang menjadi ilmu pengetahuan olah raga, yang dapat memutar roda ekonomi suatu negara melalui kegiatan industri olah raga, pariwisata, pendidikan, kesehatan, budaya, hiburan, teknologi informasi, dan lain-lain, yang dimana kegiatannya akan membuka peluang pekerjaan bagi miliaran ummat manusia di dunia .
Selanjutnya apakah arti Permainan menurut Al Qur'an, berikut disampaikan firman Allah SWT dalam Q.S. Muhammad yang artinya sebagai berikut :
36). Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau . Dan jika kamu beriman serta bertaqwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu . ( Q.S. Muhammad : 36 ) .
Ayat diatas adalah termasuk ayat yang Muhkamaat atau ayat yang jelas maknanya (artinya), dan misalkan pun termasuk ayat yang Mutasyaabihaat atau belum jelas maknanya, maka sebagai muslim dituntut harus beriman (percaya) kepada kebenaran firmanNya, agar kita tidak masuk menjadi golongan orang-orang yang ingkar .
Berdasarkan ayat diatas bahwasanya diantara kehidupan manusia, ada yang terlena pada dunia yang difirmankan Allah SWT hanyalah Permainan dan Senda Gurau, dan ada juga manusia yang berjuang untuk akhiratnya melalui proses Iman dan Taqwa, atau melakukan Hubungan dengan Allah melalui proses Iman dan Taqwa, serta melaksanakan Hubungan dengan sesama Manusia .
Islam mengajarkan dan menganjurkan agar mencapai kedua alam kebahagiaan yaitu, kebahagiaan Dunia dan Kebahagiaan Akhirat dan Bebas Dari Neraka .
Sekarang marilah kita kaji satu persatu apakah benar kehidupan dunia adalah permainan dan senda gurau, bukankah manusia sudah bekerja keras bagai kuda, bukankah seluruh waktunya telah dihabiskan untuk mencapai prestasi tertinggi sampai ke angkasa, tetapi mengapa dunia masih dikatakan sebagai sebuah permainan, padahal hidup seharusnya serius dan jangan bersenda gurau saja .
Jawabannya yang nyata terlihat apapun profesi yang kita jalani, apakah sebagai Olahragawan, Ilmuwan, Politisi, Budayawan, Peneliti, Pekerja, Usahawan, Pimpinan, Petani, Nelayan, Wartawan, dan lain-lain, seharusnya diakui secara jujur bahwa semua dilakukan oleh motivasi keduniaan, yang selalu dinikmati permainannya, sampai manusia lupa daratan dan lupa makan, dan masuk dalam pusaran gelombang lautan keduniaan, dan lebih celaka lagi jika permainannya tanpa dilandasi Iman dan Taqwa, dan karenanya keimanan serta ketaqwaan adalah jalan terbaik, untuk mencapai kebahagiaan Dunia dan kebahagiaan Akhirat, agar manusia tidak larut dalam kehidupan Dunia yang hanya permainan dan senda gurau tersebut, sebab mengutamakan Keimanan dan Ketaqwaan dalam Hubungan dengan Allah SWT, tujuannya agar kehidupan Dunia yang hanya permainan dan senda gurau, tidak menjadi percuma dan akan bermanfaat untuk program kehidupan abadi jangka panjang di Akhirat kelak .
Untuk itulah Allah SWT mengingatkan bahwa Beriman serta Bertaqwa adalah jalan terbaik, sebagai contoh nyata seorang pemain Olah Raga profesional, atau politisi, usahawan, ilmuwan, peneliti, dan lain-lain, yang bekerja keras di lapangan mencari kehidupan jangka pendek, jika dia Beriman dan Bertaqwa akan mendapatkan amal pahala yang sangat berguna, bagi tujuan program kehidupan abadi jangka panjang kelak di akhirat nanti .
Selanjutnya permainan olah raga disamping memiliki nilai ekonomi dan budaya juga memiliki manfaat bagi kesehatan diri pribadi, yaitu untuk menjaga tubuh tetap aktif sehat bergerak dan tidak lemah atau kaku, dan didalam ajaran Islam pun Sholat sebagai mikraj atau (jalan naik) untuk menghadap Allah SWT, juga ternyata menjadi obat dan memiliki nilai manfaat olah raga bagi Ummat Islam, agar menjadi manusia mulia yang sehat dan kuat, baik rohani maupun jasmaninya, serta tentu yang utama akan menjadi hambaNya yang Beriman dan Bertaqwa, sebab Allah SWT lebih menyukai seorang hamba yang beriman dan bertaqwa serta sehat dan kuat, dari pada seorang hamba yang lemah .
Perhatikanlah firman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran sebagai berikut :
138). ( Al Qur'an ) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa .
139). Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman .
( Q.S. Ali 'Imran : 138 - 139 ) .

Dalam hitungan jam kedepan perhelatan Sepak Bola Piala Dunia akan dihelat, diperhitungkan akan banyak mata tertuju kepada kegiatan tersebut, jutaan atau bahkan mungkin milyaran mata akan melihatanya termasuk dari Negeri-negeri Muslim.
Sepak Bola tidak dapat pungkiri merupakan olah raga paling populer di seluruh dunia mengungguli semua cabang olah raga lainnya. Sepak bola sesungguhnya dapat menguatkan dan mempertangkas diri, namun sepakbola modren telah menjadi industri yang berputar didalamnya uang yang sangat banyak, terjadinya fanatik kepada klub sepakbola yang sering menimbulkan kerusuhan dan bahkan sepakbola telah dijadikan ajang taruhan.
Mengingat semua hal tersebut Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman mengulas permasalahan tersebut dengan bahasan yang cukup panjang dan detil menurut syari’at Islam. Simak ebook ini dan InsyaAllah kita akan menemukan pelajaran yang sangat berharga.