RESUME BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh :
Rifkhi
Azzuhri
1001974
PJKR C
PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011
10.
Program
Bimbingan Dan Konseling Komperhensif
Muro dan Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan
konseling komperhensif diklasifikasikan kedalam empat jenis layanan, yaitu:
1. Layanan dasar bimbingan
2. Layanan responsif
3. Layanan perencanaan individual
4. Dukungan system
a. Layanan
Dasar Bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar
memperoleh pekembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memiliki
keterampilan dasar hidupnya.
Tujuan dari layanan ditingkat SMA/SMP itu sendiri
menyangkut kepada aspek-aspek pribadi, social belajar dan karier. Aspek-aspek
perkembangan tersebut dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Ynang
Maha Esa
2. Pengembangan kemandirian emosional
3. Pengembangan kemampuan individual (problem solving/decision making)
4. Perkembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif
atau keterampilan belajar yang efektif
5. Perkembangan perilaku sosial yang yang bertanggung
jawab ( sikap altruis, sikap toleran dalam suasana dalam kehidupan yang
heterogin: multi budaya, etnis, ras dan agama)
6. Pengembangan upaya pencapaian pera social sebagai pria
atau wanita
7. Pengembangan sikap atau penerimaan diri secara
objektif dan pengembangannya secara tepat
8. Pengembangan sikap dan kemampuan mempersiapkan karier
dimasa depan
9. Pengembangan upaya pencapaian hubungan baru lebih
matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita .
10. Perkembangan sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga
b. Layanan
Responsif
Layanan responsif merupakan “layanan bantuan bagi para
siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerukan bantuan (pertolongan)
dengan segera’’.
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi
kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa dipandang mengalami
hambatan dalam mengalami menyelsaikan tugas perkembangannya.
Layanan ini bersifat kuratif. Strategi yang digunakan
adalah:
1. Konseling individual
2. Konseling kelompok
3. Konsultasi.
Isi dari layanan ini adalah bidang:
1. Pendidikan
2. Belajar
3. Social
4. Pribadi
5. Karier
6. Tata tetib di sekolah
7. Narkotika dan perjudian
8. Perilaku seksual
9. Kehidupan lainnya.
Menurut penelitian beberapa SMK di Jawa Barat (Syamsu Yusuf LN, 1998)
aspek-aspek yang perlu mendapat layanan responsive adalah:
1)
Bidang Pribadi
a) Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Perolehan sistem nilai
c) Kemandirian emosional
d) Pengembangan keterampilan intelektual
e) Menerima diri dan mengembangkannya secara efektif.
2)
Bidang Sosial
a) Berprilaku sosial yang bertanggung jawab
b) Mencapai hubungan yang lebih matang
c) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
3)
Bidang Belajar
a) Kurang memliliki kebiasaan belajar yang baik
b) Kurang memahami cara belajar yang efektif
c) Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar
d) Kurang memahami cara membaca buku yang efektif
e) Kurang memahami cara membagi waktu belajar
f) Kurag menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu.
4) Bidang
karier
a) Kurang memahami cara memilih program studi yang cocok
dengan kemampuan dan minat
b) Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi
dalam dunia kerja
c) Masih bingung untuk memilih pekerjaan
d) Masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan dan minat
e) Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat
sekolah
f) Belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika
setelah tamat tidak masuk dunia kerja.
Masalah lain adalah informasi tentang bahayanya obat-obatan, minuman
keras, narkotika, extacy, dan putau.
c. Layanan
perencanaan individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bantuan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahan akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Tujuan dari layanan perencanaan individual ini adalah
membantu individu membuat, memantau dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan karir dan social pribadinya.
Dapat
dikatakan juga layanan bertujuan supaya siswa agar :
1. Memiliki kemampuan untuk merumuskan masalah, tujuan,
dan pewrencanaan.
2. Dapat memantau dan mamahami perkembangan dirinya.
3. Bertindak atau melakuakkan sesuatu berdaarkan pemahamannya.
Adapun kegiatan layanannya sebagai berikut:
1) Siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya,
yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya atau aspek-aspek
pribadi, social, belajar, atau karier
2) Merumuskan tujuan dan perencanaan kegiatan
(alternative kegiatan) yang menunjang perkembangan dirinya atau kegiaan yang
yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya
3) Melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau
perencanaan kegiatan yang telah ditetapkan
4) Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan
d. Dukungan
Sistem
Tujuan dukungan sistem sendiri adalah untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
perkembangan profesional.
Dukungan sistem meliputi dua aspek yaitu:
1. Pemberian
layanan,
meliputi
a) Konsultasi
dengan guru-guru
b)
Menyelenggarakan
program kerjasama dengan orang tua dan masyarakat.
2. Kegiatan
manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu mutu program bimbingan dan
konseling melalui:
a)
Pengembangan
program
b)
Pengembangan
staf
c)
Pemanfaatn
sumber daya
d)
Pengembangan
penataan kebijaksaan
a) Pengembangan
program
Pengembangan program adalah program-program layanan
yang dikembangkan dan pengembangan ini hendaknya diselaraskan dengan hasil
kajian atau analisis tentang tujuan dan program sekolah, kondisi objektif
pencapaian tuga-tugas perkembangan siswa, kebtuhan siswa, atau masalah siswa
juga kondisi lingkungan perkembangan siswa dalam implementasi actual layanan BK
untuk di SMK dan perkembangan dalam bermasyarakat.
b) Pengembangan
staf
Pengembangan staf adalah dengan cara memberikan
penambahan, perluasan, atau pendalaman tentang konsep-konsep atau
keterampilan-keterampilan tertentu tentang bimbingan sesuai dengan dekripsi
pekerjaan masing-masing. Tujuannya adalah agar
para pembimbing memberikan layanan bimbingan secara bermutu.
Kinerja bagi masing-masing persinel itu adalah :
1. Kepala sekolah
2. Guru mata pelajaran
3. Guru pembimbing (konselor).]
c)
Pemanfaatan
Sumber Daya Masyarakat
Aspek
yang berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevn dengan peningkatan layanan mutu bimbingan.
Contohnya
jalinan kerjasama dengan pihak-pihak seperti:
1. Instansi
pemerintah
2. Instansi
swasta
3. Organisasi
profesi
4. Para
ahli dalam bidang-bidang tertentu
d)
Pengembangan
Atau Penetuan Kebijakan
Pelaksanaan
layanan BK disekolah perlu di didukung oleh kebijakan kepala sekolah secara
jelas. Kebijakan yang diluncurkan itu hendaknya dapat memfasilitasi (memberi
kemudahan dan peluang) bagi kelancaran implementasi program.
Kebijakan
yang perlu ditata itu, di antaranya menyangkut aspek-aspek :
1. Struktur
organisasi,
2. Rekrutment
dan pengembangan staf bimbingan,
3. Penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai,
4. Pengalokasian
biaya operasional BK, dan
5. Penjadwalan
waktu khusus untuk masuk kelas bagi guru pembimbing, sebagai wahana untuk pelaksanaan
program yang bersifat klasikal,
6. Menjalin
kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
11.
Kualitas Pribadi Konselor
Kualitas pribadi
konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu
bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang
dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling.
Cavanagh (1982) mengemukakan bahwa
kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai
berikut :
a. Pemahaman
diri;
b. Kompeten;
c. Memiliki
kesehatan psikologis yang baik;
d. Dapat
dipercaya;
e. Jujur;
f. Kuat;
g. Hangat;
h. Responsif;
i.
Sabar;
j.
Sensitif; dan
k. Memiliki
kesadaran yang holistik.
a.
Pemahaman
diri (Self-knowledge)
Self-knowledge
ini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik.
Pemahaman
diri sangat penting bagi konselor, karena beberapa alasan berikut.
1) Konselor
yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan memiliki
persepsi yang akurat pula tentang orang lain atau klien (konselor akan lebih
mampu mengenal diri orang lain secara tepat pula).
2) Konselor
yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga memahami
orang lain.
3) Konselor
yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar cara memahami diri itu
kepada orang lain.
4) Pemahaman
tentang diri memungkinkan konselor untuk dapat merasa dan berkomunikasi secara
jujur dengan klien pada saat proses konseling berlangsung.
Konselor yang memiliki
tingkat self-knowledge yang baik akan menunjukan sifat-sifat berikut.
1) Konselor
menyadari dengan baik tentang kebutuhan dirinya. Konselor menyadari dengan baik
tentang perasaan-perasaannya.
2) Konselor
menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling, dan apa yang
menyebabkan dirinya melakukan pertahanan diri dalam rangka mereduksi kecemasan
tersebut.
3) Konselor
memahami atau mengakui kelebihan (kekuatan) atau kelemahan (kekurangan)
dirinya.
b.
Kompeten
(Competent)
Yang
dimaksud kompeten di sini adalah bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna.
Satu
hal penting yang membedakan hubungan persahabatan dan hubungan konseling adalah
kompetensi yang dimiliki konselor.
Konselor
yang efektif adalah yang memiliki (a) pengetahuan akademik, (b) kualitas
pribadi, (c) keterampilan konseling.
Konselor
yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kompetensinya, akan menampilkan
sifat-sifat atau kualitas perilaku sebagai berikut :
1. Secara
terus menerus meningkatkan pengetahuanya tentang tingkah laku dan konseling
dengan banyak membaca atau menelaah buku-buku atau jurnal-jurnal yang relevan;
menghadiri acara-acara seminar dan diskusi tentang berbagai hal yang terkait
dengan profesinya.
2. Menemukan
pengalaman-pengalaman hidup baru yang membantunya untuk lebih mempertajam
kompetensi, dan mengembangkan keterampilan konselingnya.
3. Mencoba
gagasan-gagasan atau pendekatan-pendekatan baru dalam konseling. Mereka
senantiasa mencari cara-cara yang paling tepat atau berguna untuk membantu klien.
4. Mengevaluasi
efektivitas konseling yang dilakukannya, dengan menelaah setiap pertemuan
konseling, agar dapat bekerja lebih produktif.
5. Melakukan
kegiatan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan untuk
mengembangkan atau memperbaiki proses konseling.
c.
Kesehatan
Psikologis
Konselor
dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari kliennya. Hal ini
penting karena kesehatan psikologis konselor akan mendasari pemahamannya
terhadap perilaku dan keterampilannya.
Konselor yang kesehatan psikologisnya baik memiliki
kualitas sebagai berikut.
1)
Memperoleh pemuasan
kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan seks.
2)
Dapat mengatasi
masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3)
Menyadari kelemahan
atau keterbatasan kemampuan dirinya.
4)
Tidak hanya berjuang
untuk hidup, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih baik.
d.
Dapat
Dipercaya (Trustworthiness)
Kualitas
konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam konseling, karena beberapa
alasan, yaitu sebagai berikut.
1) Esensi
tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan masalah dirinya yang
paling dalam.
2) Klien
dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi konselor.
3) Apabila
klien mendapatkan penerimaan dan kepercayaan dari konselor, maka akan
berkembang dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya sendiri.
Konselor yang
dipercayai cenderung memiliki kualitas sikap dan perilaku sebagai berikut.
1) Memiliki
pribadi yang konsisten.
2) Dapat
dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.
3) Tidak
pernah membuat orang lain (klien) kecewa atau kesal.
4) Bertanggung
jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak inkar janji, dan mau
membantu secara penuh.
e.
Jujur
(honesty)
Yang
dimaksud jujur di sini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka),
autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling, karena
alasan-alasan berikut.
1) Sikap
keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis
yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Apabila ketertutupan dalam konselling dapat
menyebabkan merintangi perkembangan klien.
2) Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada
klien.
Konselor
yang jujur memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Bersikap
kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh dirinya sendiri
(real self) sama sebangun dengan yangdipersepsi dengan orang lain (public
self).
2) Memiliki
pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.
f.
Kekuatan
(Strength)
Kekuatan
konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu klien akan merasa
aman. Konselor
yang memiliki kekuatan cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku
berikut.
1)
Dapat membuat batasan
waktu yang pantas dalam konseling.
2)
Bersifat fleksibel.
3)
Memiliki identitas diri
yang jelas.
g.
Bersikap
Hangat
Yang
dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah, penuh perhatian, dan memberikan
kasih sayang. Melalui konseling, klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut
dan melakukan “sharing” dengan konselor. Apabila hal itu diperoleh maka klien
dapat mengalami perasaan yang nyaman.
h.
Actives
Responsiveness
Melalui
respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap
kebutuhan klien. Di sini konselor mengajukan pertanyaan yang tepat, memberikan
umpan balik yang bermanfaat, memberikan informasi yang berguna mengemukakan
gagasan-gagasan baru, berdiskusi dengan klien tentang cara mengambil keputusan
yang tepat, dan membagi tanggung jawab dengan klien dalam proses konseling.
i.
Sabar
(Patience)
Melalui
kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk
mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih
memperhatikan diri klien dari pada hasilnya.
j.
Kepekaan
(Sensitivity)
Kualitas
ini berarti bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang
tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada diri klien maupun
diri sendiri.
Konselor yang sensitif akan mampu
mengungkapkan atau menganalisis apa masalah sebenarnya yang dihadapi
klien.konselor yang sensitif memiliki kualitas perilaku sebagai berikut:
a.
Sensitif terhadap
reaksi dirinya sendiri.
b.
Mengetahui kapan, di
mana, dan berapa lama mngungkapkan masalah klien (probing).
c.
Mengajukan pertanyaan
tentang persepsi klien tentang masalah yang dihadapinya.
d.
Sensitif terhadap
sifat-sifat yang mudah tersinggung dirinya.
k.
Kesadaran
Holistik (Holistic Awareness)
Pendekatan
holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien secara utuh dan
tidak mendekatinya secara sepihak.
Namun bukan berarti bahwa konselor harus ahli dalam berbagai bidang dan segala
hal.
Konselor
yang memiliki kesadaran holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai
berikut.
1)
Menyadari secara akurat
tentang dimensi-dimensi kepribadian yang kompleks.
2)
Menemukan cara
memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan tentang perlunya referal
(rujukan).
3)
Akrab dan terbuka
terhadap berbagai teori.
Shertzer dan Stone
(1971) mengemukakan beberapa pendapat tentang kualitas konselor, yaitu sebagai
berikut :
a.
Menurut NVGA (National
Vocational Guidance Association) sifat-sifatnya :
1. Mempunyai
minat untuk membantu orang lain.
2. Sabar.
3. Sensitif
terhadap reaksi dan sikap orang lain.
4. Emosinya
stabil.
5. Dapat
dipercaya.
b.
Hamrin dan Paulson
mengemukakan sifat-sifat baik konselor adalah :
1. Memahami
diri sendiri dan klien.
2. Simpatik.
3. Bersahabat.
4. Memiliki
“sense of humor”.
5. Emosinya
stabil.
6. Toleran.
7. Bersih-tertib.
8. Sabar.
9. Objektif.
10. Ikhlas.
11. Bijaksana.
12. Jujur-terbuka.
13. Kalem.
14. Lapang
hati.
15. Menyenangkan.
16. Memiliki
kecerdasan.
17. Bersikap
tenang.
c.
Council of Student
Personnel Association in Higher Education merekomendasikan kualitas konselor,
yaitu :
1. Memiliki
perhatian terhadap mahasiswa.
2. Percaya
terhadap kemampuan mahasiswa.
3. Memahami
aspirasi mahasiswa.
4. Memiliki
perhatian terhadap pendidikan.
5. Sehat
jasmani-rohani.
6. Memiliki
kemauan untuk membantu orang lain.
7. Respek
terhadap orang lain.
8. Sabar.
9. Memiliki
rasa humor.
d.
Association for
Counselor Education & Supervision mengemukakan 6 sifat dasar konselor,
yaitu :
1. Percaya
terhadap individu.
2. Komitmen
terhadap nilai manusiawi individu.
3. Memahami
perkembangan lingkungan.
4. Bersikap
terbuka.
5. Memahami
diri.
6. Komitmen
terhadap profesi.
Thohari Musnamar dkk.
(1992) mengemukakan sifat yang baik konselor, yaitu :
1. Siddiq,
mencintai dan membenarkan kebenaran.
2. Amanah,
bisa dipercaya.
3. Tabligh,
mau menyampaikan yang layak disampaikan.
4. Fatonah,
cerdas atau berpengetahuan.
5. Mukhlis,
ikhlas dalam menjalankan tugas.
6. Sabar,
artinya ulet, tabah, tidak mudah putus asa, tidak mudah marah, dan mau
mendengarkan keluh kesah klien dengan penuh perhatian.
7. Tawadlu,
rendah hati atau tidak sombong.
8. Saleh,
artinya mencintai, melakukan, membina, dan menyokong kebaikan.
9. Adil,
mampu mendudukan persoalan secara proporsional.
10. Mampu
mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan klien.
12.
Model-model Bimbingan
a.
Model
Bimbingan Periode Awal
1)
Model
Parsonian
Model
bimbingan ini merupakan buah pikiran atau gagasan dari “Founding Father of
Guidance”, yaitu Frank Parson. Model ini berupaya menjodohkan (matching)
karakteristik (kemampuan, minat, dan temperamen) individu dengan syarat-syarat
yang dituntut suatu pekerjaan (okupasi).
Ada 3 faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam memilih satu pekerjaan, yaitu :
1.
Man Analysis, dalam hal
ini konselor bersama klien bersama-sama menganalisis kapabilitas, minat, dan
temperamen klien.
2.
Job Analysis, klien
atau individu menelaah, mengkaji peluang, persyaratan, dan prospek pekerjaan
dari berbagai lini pekerjaan.
3.
Joint and Cooperative
Comparison of These Two Sets of Analysis, konselor bersama klien memadukan atau
menjodohkan kedua data hasil analisis di atas.
2)
Bimbingan
Identik dengan Pendidikan
Yang
mengemukakan bahwa konsep bimbingan identik dengan pendidikan adalah Brewer,
yaitu melalui bukunya “Education as Guidance” yang dipublikasikan pada tahun
1932. Brewer berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para
siswa agar mampu melakuan aktivitas-aktivitas yang bermakna, melalui
pengetahuan dan kebijakan.
Brewer mengemukakan beberapa kriteria
bimbingan sebagai berikut.
a. Individu
dibimbing dalam upaya memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
meraih tujuan.
b. Seseorang
dibimbing biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya.
c. Bimbingan
bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman.
d. Pembimbing
harus memiliki pengalaman, pengetahuan, dan kebijakan.
e. Metode
bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh
pengalaman dan wawasan baru.
f. Individu
yang dibimbing secara progresif menerima bimbingan, dan mengambil keputusan
sendiri.
g. Bimbingan
memeberikan bantuan kepada individu agar dapat membimbing diri sendiri secara
lebih baik.
Istilah
“educational guidance” pertama kali digunakan oleh Truman L.Kelley dalam
disertasinya di fakultas keguruan Universitas Columbia pada tahun 1914. Pada tahun berikutnya
muncul para ahli lain yang berpendapat sama dalam mengidentikan bimbingan
dengan pendidikan. Para ahli itu adalah :
1. Meyer
Bloomfield mengemukakan bahwa “all aducation is now recognized as guidance.
2. Hawkes
menyatakan bahwa “education is guidance and guidance is education”.
3. Hildreth
berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pendidkan dan
bimbingan, baik dalam tujuan, metode, maupun hasil.
b. Model Bimbingan Periode Berikutnya
1. Bimbingan sebagai
distribusi dan penyesuaian
Wiliam M Proctor meyakini bahwa
para siswa membutuhkan bantuan dalam memilih bidang studi kegiatan exstra
kurikuler, pendidikan lanjutan sesuai dengan kemampuan minat dan tujuan nya.
Koos dan kafaufer memperkuat pendapat proctor bahwa bimbingan berfungsi
distributive dan penyesuaian. Kafaufer menekankan bahwa bimbingan harus melaksanakan
2 fingsi pokok, yaitu Distribusi dan Penyesuaian.
Bimbingan
distributif dan penyesuaian berfungsi :
a.
Membantu
siswa memperoleh efisiensi dan kepuasan dalam aktifitasnya.
b.
Membantu
siswa memilih kegiatan di luar sekolah.
c.
Membantu
siswa agar dapat merumuskan perencanaan dan tujuan yang ingin di
capai.
d.
Membantu
siswa untuk memperoleh informasi.
2. Bimbingan Sebagaian
Proses Klinis
Pertamakali diperkenalkan oleh
M.S Viteles, Donald G Paterson dan E.G Wiliamson.
Cirri_cirinya
:
1.
Sebagai
protes terhadap metode tiruan yang sering di anggap sebagai bombingan.
2.
Mengembangkan
teknik_teknik untuk menganalisis individu.
3.
Menekankan
peranan konselor secara professional yang bertugas membantu
siswa yang memiliki masalah penyesuaian
diri.
4.
Mengikuti
prosedur yg teratur analisis, sintesis,
dianoksis, proknosis, konselin
dan tindak lanjut.
Model bimbingan klinis ini
pendekatannya bersifat direktif yang efisien dan ekonomis, sihingga konselor
dapat bekerja dengan lebih banya klien.
3. Bimbingan Sebagai
Pengambilan Keputusan
Diperkenalkan pertama kali oleh Jones dan myer. Myer mengemukakan
pengambilan keputusan melibatkan 2 hal, yaitu Keragaman
kemampuan individu dan Keragaman
alternative bimbingan.
Menurut katz kemampuan mengambiul
keputusan dipengaruhi oleh factor-faktor sosio- cultural. Pengambilan keputusan
terjadi ketika seseorang .
1. Tedak mengetahui
informasi yang di perlukan.
2. Tidak memiliki informasi
yang di inginkan.
3. Tidak menggunakan
informasi yang di miliki.
model
bimbingan ini beramsumsi bahwa :
1.
keragaman
antar individu cukup berarti, baik dalam aspek abilitas maupun
interes.
2.
permasalahn
tidak dapat diselesaikan oleh pemuda tanpa bantuan oranglain.
4. Bimbingan sebagai
system eklektik
Strang berpendapat bahwa
bimbingan sebagai upaya yang positif. Menurut dia yang menjadi inti layanan
bimbingan adalah :
1.
mengetahui
individu.
2.
mengetahui
peluang- peluang pendidikan.
3.
membantu
idividu melakukan pilihan melalui bimbingan kelompok.
bimbingan
ini memiliki beberapa asumsi :
1.
individu
memerlukan bantuan provesianal secarea periodic.
2.
individu
memiliki kemampuan untuk elajar dan membuat perencanaan.
3.
memberikan
layanan yang berorentasi kepada teori tunggal.
C. Model
bimbingan kontenporer
1.
bimbingan sebagai konstilasi layanan
Hoyt mengartikan bahwa bimbingan sebagai bagian dari
layanan pribadi siswa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
melalui perluasan pelayanan sekolah bagi para siswa.
Hoyt
mengemukakan bahwa :
1.
program
bimbingan bukan hanya tanggung jawab konselor tetapi tanggung jawab
personil sekolah.
2.
konselor
merupakankunci yang bertanggung jawab terhadap program bimbingan.
3.
Tugas
utama konselor adalah menjalin kerjasama dengan guru.
Ada 3 aktifitas utama konselor, yaitu :
1.
Memberikan
layanan secara langsung kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar