Jumat, 28 September 2012

bimbingan konseling bab 5


LAMDASAN FILOSOFIS
1.      Makna, Fungsi, dan Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling
Ø  Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani (filosopia/philosophia): Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun pribadi (1981) mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.

Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
v  Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
v  Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
v  Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
v  Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu  berubah.
Makna dan fungsi filsafat dalam kaitanya dengan layanan bimbingan dan konseling, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan pendapat Belkin (1975) yaitu bahwa, “Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tidakan yang bijaksana”.
John J. Pietrofesa (1980: 30-31) mengemukakan terdapat beberapa prinsip yang berkaitan dengan landasan filosofis dalam bimbingan, yaitu :
      Objective Viewing.
      The Counselor must have the best interest of the client at heart.
John J. Pietrofesa et.al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribbin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut :
v  Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
v   Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
v  Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.
v  Bimbingan bukan prerogratif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan dilaaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
v  Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya.
v  Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi dan sosialisasi.
2. Hakikat Manusia
            Viktor E.Frankl (Prayitno dan Erman Amti, dalam Yusuf, 2010) mengemukakan bahwa hakikat manusia itu sebagai berikut :
  1. Manusia, selain memiliki dimensi fisik dan psikologis, juga memiliki dimensi spiritual. Melalui dimensi spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada di luar dirinya dan mewujudkan ide-idenya.
  2. Manusia adalah unik, dalam arti bahwa manusia mengarahkan kehidupannya sendiri.
  3. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu sendiri.

Sigmund Freud mengemukakan sebagai berikut:
  1. Manusia pada dasarnya bersifat pesimistis, deserministik, mekanistik, dan reduksionistik.
  2. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil.
  3. Dinammika kepribadian berlangsung melalui pembagian enerji psikis kepada Id, Ego dan Superego yang bersifat saling mendominasi.
  4. Manusia memiliki naluri-naluri seksual (libido seksual) dan agresif, naluri kehidupan (eros) dan kematian (tanatos).
  5. Manusia bertingkah laku dideterminasi oleh hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari rasa sakit (pleasure principle).
Passons (Robert L.Gibson dan Marianne H. Mitchel, 1986: 121) mengemukakan delapan asumsi tentang hakikat manusia menurut kerangka kerja teori konseling Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls (1884-1970) sebagai berikut :
v  Individu memiliki kepribadian yang utuh, menyeluruh, bukan terdiri dari bagian-bagian badan, emosi, pikiran, sensasi, dan persepsi. Individu dapat dipahami apabila dilihat dari keterpaduan semua bagian-bagian tersebut.
v   Individu merupakan bagian dari lingkungannya. Oleh karena itu individu baru dapat dipahami apabila memperhatikan konteks lingkungannya.
v  Individu memilih bagaimana dia merespon rangsangan internal maupun eksternal. Individu adalah aktor bukan reaktor.
v  Individu kemampuan potensial untuk menyadari secara penuh semua sensasi, pikiran, emosi, dan persepsinya.
v  Individu memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan, sebab dia menyadarinya.
v  Individu memiliki kapasitas untuk membangun kehidupannya secara efektif.
v  Individu tidak dapat mengalami masa lalu dan masa yang akan datang, tetapi dia hanya dapat mengalami masa sekarang.
v  Individu pada dasarnya tidak dapat dikatakan baik atau buruk.
Beck (Blocher, 1974) dalam yusuf, 2010 mengemukakan beberapa asumsi eksistensialis tentang hakikat manusia, yaitu sebagai berikut:
ü  Manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Dia punya pilihan dan harus melakukan pilihan untuk dirinya sendiri.
ü  Manusia harus memandang atau memperhatikan orang lain sebagai bagian dari dirinya, dan perhatiannya ini direfleksikan dalam pergaulan dengan warga masyarakat yang lebih luas.
ü  Manusia eksis di duni nyata, dan hubungan dengan dunianya di satu sisi merupakan ancaman yang dalam banyak hal tidak dapat merubahnya.
ü  Hidup yang bermakna harus menghilang ancaman yang dihadapi, baik fisik maupun psikis. Tujuannya adalah untuk membebaskan manusia dari ancaman, sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimum.
ü  Setiap manusia memiliki pembawaan dan pengalaman yang unik, sehingga memungkinkan berperilaku yang berbeda satu sama lainnya.
ü  Manusia berperilaku sesuai dengan pandangan subjektifnya tentang realitas.
ü  Secara alami manusia tidak dapat dikatakan “baik” atau “buruk” (jahat).


B.F Skinner dan Watson (Gerald Corey, terjemahan E. Koeswara, 1988) mengemukakan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
ü  Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama.
ü  Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Dalam arti bahwa lingkungan merupakan pembentuk utama keberadaan manusia.
ü  Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari.
ü  Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri.

Beck (Blocher, 1974) dalam yusuf, 2010 mengemukakan beberapa asumsi eksistensialis tentang hakikat manusia, yaitu sebagai berikut
ü  Manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Dia punya pilihan dan harus melakukan pilihan untuk dirinya sendiri.
ü  Manusia harus memandang atau memperhatikan orang lain sebagai bagian dari dirinya, dan perhatiannya ini direfleksikan dalam pergaulan dengan warga masyarakat yang lebih luas.
ü  Manusia eksis di duni nyata, dan hubungan dengan dunianya di satu sisi merupakan ancaman yang dalam banyak hal tidak dapat merubahnya.
ü  Hidup yang bermakna harus menghilang ancaman yang dihadapi, baik fisik maupun psikis. Tujuannya adalah untuk membebaskan manusia dari ancaman, sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimum.
ü  Setiap manusia memiliki pembawaan dan pengalaman yang unik, sehingga memungkinkan berperilaku yang berbeda satu sama lainnya.
ü  Manusia berperilaku sesuai dengan pandangan subjektifnya tentang realitas.
ü  Secara alami manusia tidak dapat dikatakan “baik” atau “buruk” (jahat).

B.F Skinner dan Watson (Gerald Corey, terjemahan E. Koeswara, 1988) mengemukakan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
ü  Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama.
ü  Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Dalam arti bahwa lingkungan merupakan pembentuk utama keberadaan manusia.
ü  Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari.
ü  Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri.

Albert Ellis penggagas terapi rasional-emotif berpendapat bahwa hakikat manusia adalah :
v  Manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.
v  Manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir, mencintai, bergabung dengan orag lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri.
v  Manusia juga memiliki kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.
v  Manusia dilahirkan dengan kecwenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan, tuntutan, hasrat dan kebutuhan dalam dirinya, jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupu orang lain.
v  Manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas sesuatu situasi yang spesifik.

Aliran Humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Para ahli teori humanistik mempunyai keyakinan sebagai berikut :
  1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
  2. Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, yang dalam hal ini manusia bukan poin yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
  3. Manusia adalah makhluk rasional dan sadar , tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional atau konflik.

3. Tujuan dan Tugas Kehidupan
v  Prayitno dan Erman (dalam yusuf, 2010) mengemukakan model witney sweeney tentang kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya sepanjang hayat. Menurut mereka ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori tugas kehidupan, yaitu:
Ø  Spiritualitas: Agama sebagai sumber inti bagi hidup  sehat Dimensi  dari aspek spiritual adalah; kemampuan manusia memberikan arti  kepada  kehidupannya.
Ø  Pengaturan diri: Seseorang yang  mengamalkan hidup  sehat pada dirinya.
Ø  Bekerja: Dengan  bekerja  orang  akan  memperoleh  keuntungan  ekonomis,  psikologis  ( percaya diri, merasa  berguna ),  dan   sosial  (  tempat   bertemu   orang    lain,  persahabatan,   dan  status ) kesemuanya akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
Ø  Persahabatan : merupakan hubungan sosial baik individu maupaun masyarakat secara luas.
Ø  Cinta : Dengan  cinta  hubungan  seseorang  dengan  orang lain cenderung menjadi sangat intim, saling  mempercayai,  saling  terbuka,  saling  bekerjasama, dan  saling  memberikan  komitmen  yang  kuat.
Pancasila sebagai landasan bimbingan dan konseling mempunyai implikasi sebagai berikut:
1. Tujuan bimbingan dan konseling harus selaras dan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila. Dengan demikian tujuan bimbingan dan konseling adalah memfasilitasi peserta didik agar mampu ;
(1) mengembangkan potensi, fitrah dan jati dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang maha Esa dengan cara mengimani, memahami dan mengamalkan ajaranNya.
(2) mengembangkan sikap-sikap yang positif seperti respek terhadap harkat dan martabat sendiri dan orang lain, dan bersikap empati.
(3) mengembangkan sikap-sikap kooperatif, kolaboratif, toleransi dan altruis (ta’awun bil ma’ruf)
(4) mengembagkan sikap demokratis, menghargai pendapat orang lain, dan bersikap mengayomi masyarakat.
(5). Mengembangkan kesadaran untuk membangun bangsa dan negara yang sejahtera dan berkeadilan dalam berbagai aspek kehidupan (ekonomi, hukum, pendidikan, dan pekerjaan).
2. Konselor seyogyanya menampilkan kualitas pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa, bersikap respek terhadap orang lain, mau bekerja sama dengan orang lain. Bersikap demokratis, dan bersikap adil terhadap para siswa.
3. Perlu melakukan penataan lingkungan (fisik dan sosial budaya) yang mendukung twrwujudnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan perorangan maupun masyarakat pada umumnya. Upaya itu diantaranya:
(1) menata kehidupan lingkungan yang hijau berbunga, bersih dari polusi
            (2) mencegah dan memberantas kriminalitas
(3) menghentikan tayangan televisi yang merusak nilai pancasila, seperti tayangan yang merusak akidah, moral masyarakat
(4) mengontrol secara ketat penjualan alat kontrasepsi
(5) memberantas korupsi dan melakukan clean government.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar